es em es nikah


Sms masuk berbunyi :
“Dulur suwun dungone. Alhamdulillah saiki wz SAH.
Ayo ndang jum’atan!!! Tak kirim dungo soko masjid gus dur tebu ireng ben ndang rabi mesisan
Her…her…her”

Kurang lebih artinya demikian : “Kawan, terima kasih doanya. Alhamdulillah sekarang sudah SAH. Ayo cepet sholat jumat!!! Aku kirim doa dari masjid Gus Dur Tebu Ireng supaya cepat nikah sekalian…Her…Her…Her” Ungkapan terakhir “her..her..her” adalah ungkapan comunal antara kita untuk mengekspresikan keasyikan, lebih tepatnya kenikmatan. Kalimat absurd itu diilhami oleh penunggang kuda yang menepuk pantat kuda untuk menambah kecepatan. Her!

Ini adalah sms teman yang pernah aku tulis ceritanya di thread : “Sedang Ingin Bercinta dan Rahasia-Nya”. Syukurlah, pada hari jumat pon ini, tepatnya tanggal sebelas bulan sebelas tahun duaribu sebelas, ia sudah resmi menjadi kepala rumah tangga. Aku balas sms itu dengan mengucapkan : “Selamat, selamat, dan selamat menempuh hidup baru.”

Kemaren malam, aku menyempatkan diri untuk hadir dalam acara pengajian nikah yang sudah menjadi tradisi pengantin di sekitaran surabaya. Datang tak berkopyah tapi bercelana dalam, aku tata hati supaya benar-benar gak ngiler ngeliat makanan pernikahan yang biasanya enak-enak. Ehem.

Dengan khidmat aku mengikuti setiap detik acara. Acara pertama dimulai dengan pembacaan ayat suci al-qur’an yang artinya sungguh membuat dada ini kembang kempis. “Kalau seandainya mereka dalam keadaan miskin, maka Alloh akan mencukupkan mereka.” Begitulah pernyataan Alloh tentang anjuran menikah. Sungguh nyiut nyaliku dibuatnya, sungguh merekah hasratku untuk melakukannya. Tuhan, engkau memang maha segalanya. Aku bergetar mendengarnya.

Acara kedua dilanjutkan dengan sholawatan yang sakin sumringahnya, sampai aku keraskan suara. Awalnya emang tidak sadar, tapi tatkala aku rasa suaraku fals, diam-diam aku mulai melirihkannya, dan menyamakan dengan nada para jamaah yang hadir disitu. Sampai tiba-tiba salah satu anggota keluarganya menghampiriku dan memberi sebotol minyak wangi untuk disemprotkan keseluruh jamaah yang hadir. Aku pun berkeliling merambat pelan-pelan untuk menyemprotkan minyak wangi itu

Ketika ceramah agama dimulai, rasanya sudah tak mungkin lagi kembali ke dalam. Apalagi di luar ada kawan lama yang sayang jika tak diajak bicara. So, kita ngobrol dan ustadnya berceramah. Paduan yang harmonis. Jika ustadznya bilang A, kita agak nyeleneh bilang Z. Keisengan masa kecil yang terus dijaga hingga usia senja. Dasar.

Pas ustadnya bilang : “Lihatlah kota makkah, kota yang selalu makmur karena penduduknya terus sholat tepat waktu, mereka terus menjaga sholatnya setiap hari.” Teman A bilang : “Ya iyalah, masak masjidil haram libur adzan kayak masjid perumahan? Malu dunk.” Teman B bilang : “Emang tempat ngadep sholatnya disitu.” Aku bilang : “Makkah makmur karena jadi tempat pariwisata para jamaah haji yang bawa oleh-oleh.” Semoga Alloh mengampuni pernyataan-pernyataan kita malam itu. Amien.

After all, nasehat malam itu indah sekali. Anjuran-anjuran untuk membina rumah tangga, meraih kelancaran hidup dengan semangat spiritualitas (sholat, dll), dan yang saya sangat suka ; anjuran untuk berbakti kepada orang tua.

Selesai mendengarkan ceramah, kita dihidangkan dengan makanan lontong ayam yang uenak tenan. Mantap guna mengisi perut keroncongan. Kami bertiga unjuk gigi dengan tampil ke depan untuk menyebarkan piring makanan ke seluruh jamaah yang hadir. Terakhir kali,kita ambil tiga piring dan menyantapnya di tepi jalan agak jauh dari rumah pengajian.

Kita semua (yang akhirnya bertambah menjadi enam orang) bercengkerama, lebih tepatnya mengingat masa lampau dan berkelakar tentang hal-hal yang serba kanan ; tidak masuk akal, lelucon, hal-hal absurd, dan kekonyolan masing-masing orang. Inilah mungkin pelepas rindu setelah sekian lama tak bertemu dengan kawan-kawan. Pun juga, kita akan melepas keperjakaan kawan kita yang esok hari akan melangsungkan akad nikah.

Untuk kesekian kalinya aku ucapkan kepada pengangguran di Indonesia : Keep Goin’ 🙂


5 responses to “es em es nikah

Leave a reply to cakkandas Cancel reply